fbpx
Cerita QLC Bagian Dua: Materi Keputrian dari Bu Ni’mah untuk Kakak Shalihah

Cerita QLC Bagian Dua: Materi Keputrian dari Bu Ni’mah untuk Kakak Shalihah

Salah satu kegiatan dalam Quranic Leadership Camp (QLC) 2024 SD Islam Bintang Juara pada Jum’at, 29 November 2024 adalah materi keputrian. Materi ini disampaikan langsung oleh Bu Ni’mah selaku Kepala Sekolah. Diambil dari kitab Riyadhus Shalihin, Bu Ni’mah menyampaikan materi ini sebelum kakak shalih-shalihah memulai Salat Zuhur.

Sementara kakak shalih beranjak ke masjid untuk melaksanakan Salat Jumat, Bu Ni’mah mengajak kakak shalihah melingkar di Ruang Connecting Lantai 1. Dengan bahasa yang ringan dan santai, Bu Ni’mah menyampaikan ilmu fiqih terkait aurat, haid, tata cara mandi besar kepada kakak shalih-shalihah.
Walau bahasannya cukup berat, karena disampaikan dengan cara yang asyik, juga ekspresi dan gestur yang hidup, kakak shalihah insyaAllah mampu menerima materinya dengan lebih mudah. Penasaran pesan-pesan apa saja yang disampaikan bu Ni’mah dalam materi keputrian, Ayah Bunda?

Tiga Hal Penting dalam Materi Keputrian

Pada sesi sebelum Salat Zuhur ini, Bu Ni’mah menitikberatkan pentingnya muslimah untuk belajar fiqih. Karena sebagai seorang perempuan, dari ujung rambut hingga ujung kaki ada banyak hal yang harus dijaga.

Bersyukurnya agama Islam telah memberikan aturan yang jelas tentang bagaimana muslimah menjaga dirinya. Dalam waktu yang cukup singkat, namun banyak sekali hikmah yang bisa dicatat dalam materi keputrian yang disampaikan bu Ni’mah siang ini.

1. Menjadi Muslimah Cerdas

Pada bagian pertama materi keputrian, Bu Ni’mah menyampaikan pentingnya menjadi muslimah yang cerdas. Yaitu muslimah yang tidak FOMO (Fear of Missing Out) alias suka ikut-ikutan tren. Sementara dalam Islam sudah jelas ada aturannya.

Dalam beberapa hadis juga disampaikan larangan untuk menyerupai orang kafir, salah satunya dalam Hadis Riwayat Abu Dawud dan Hasan;
Dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka.

Dalam hal ini, bu Ni’mah berpesan agar kakak shalihah berhati-hati ketika menyukai lagu-lagu barat, Korea atau Jepang. Terutama ketika kakak shalihah tidak memahami makna lagunya, karena ada lagu-lagu yang liriknya berisi tentang kemaksiatan.

2. Belajar Memakai Jilbab Segi Empat

Selanjutnya, Bu Ni’mah juga mengajak kakak shalihah, terutama yang sudah Kelas 6 dan bersiap untuk masuk ke jenjang pendidikan lebih tinggi, belajar cara mengenakan jilbab segi empat yang tepat. Pertama, kakak wajib mengenakan ciput. Selain agar rambut bagian depan tidak keluar, ciput juga membantu menahan rambut bagian belakang tergerai. Bu Ni’mah memberikan tips kepada kakak shalihah untuk mengikat rambutnya lalu dimasukkan ke dalam ciput. Bagi kakak shalihah yang memiliki rambut panjang, rambutnya bisa digelung dan dirapikan ke dalam ciput.

Hal ini agar rambut bagian belakang kakak shalihah tidak mengintip, atau malah keluar dari jilbab. Rambut adalah bagian dari aurat perempuan, sehingga harus dipastikan rambut tidak boleh terlihat.

Kedua, kencangkan jilbab di bagian bawah dagu dengan jarum pentul atau peniti. Pastikan bagian ujung depan jilbab tidak menutup wajah. Muslimah memang perlu memiliki rasa malu, tetapi ada tempat dan waktunya.

Ketiga, kakak bisa menarik jilbab ke sisi bahu kanan atau kiri. Lalu kaitkan dengan peniti. Bu Ni’mah berpesan agar kakak shalihah tidak menggunakan jilbab dengan cara dililit di leher, pastikan panjang jilbab selalu menutup dada.

Bu Ni’mah juga membagikan tips lainnya terkait cara mengenakan jilbab segi empat. Di beberapa pondok tertentu, ada aturan yang melarang santrinya mengenakan jilbab yang ditarik ke bahu kanan/ kiri.

Agar aurat tetap terjaga, pastikan jangan ditali bagian bawah, tapi berikan peniti di bagian jilbab yang menjuntai. Sehingga saat kakak sedang beraktivitas, aurat tidak terlihat.

Pakai jilbab memang panas, kak… tapi lebih panas lagi api neraka,” ujar Bu Ni’mah saat menuntaskan bahasan tentang cara mengenakan jilbab segi empat yang tepat.

galeri materi keputrian QLC

3. Aturan Memotong Rambut untuk Perempuan

Masih berkaitan dengan aurat, Bu Ni’mah juga membagikan pesan penting terkait rambut. “Lebih baik kakak shalihah memotong rambutnya di rumah, daripada di salon. Kecuali kakak bisa memastikan salon tersebut amanah dalam menjaga rambut kita yang telah terpotong tersebut,” kalimat Bu Ni’mah sebagai pengantar bahasan berikutnya dalam materi keputrian.

Rambut perempuan juga merupakan aurat, oleh karenanya penting untuk menjaganya, termasuk saat akan memotongnya. Bu Ni’mah berbagi pengalaman bagaimana beliau diajarkan oleh ayahnya cara menjaga rambut yang telah dipotong.

Setelah rambut dipotong, potongan rambut tersebut dikumpulkan lalu dikubur. Saat menguburnya, ada doa yang harus dibacakan. Bu Ni’mah juga mengajarkan kakak tentang doa ini. Seperti apa doanya? Coba Ayah Bunda bisa mengajak kakak shalihah untuk recalling ya, kira-kira kakak shalihah ingat tidak ya doa yang sudah diajarkan Bu Ni’mah ini.

4. Aturan Haid dan Tata Cara Mandi Besar

Di ujung materi keputrian, kak Adlina bertanya tentang hukum rambut yang rontok saat sedang haid. Dari pertanyaan tersebut, Bu Ni’mah lalu membahas sedikit tentang haid dan tata cara mandi besar.

Bu Ni’mah menyampaikan bahwa penting bagi kakak shalihah mencatat kapan haid dimulai. Bukan hanya tanggal, tetapi juga jam haid tersebut dimulai.
Apabila setelah hari kelima belas dari haid pertama, darah masih mengalir, maka darah tersebut dihukumi sebagai darah istiadhoh. Artinya, kakak shalihah tetap harus melaksanakan salat meski darah masih mengalir.

Bu Ni’mah juga menyampaikan penting bagi kakak shalihah untuk mengumpulkan rambut yang rontok, dan kuku yang dipotong saat sedang haid. Nanti ketika sudah dalam keadaan bersih, dan akan melaksanakan mandi junub, potongan rambut dan kuku tersebut bisa ikut disucikan.

Terkait mandi besar, bu Ni’mah juga berpesan bahwa air yang digunakan untuk membasahi rambut dan tubuh haruslah dalam kondisi mengalir. Oleh karenanya, berhati-hati apabila kakak shalihah mandi menggunakan bak atau ember. Apabila airnya tidak sejumlah dua kulah, maka air tersebut masuk kategori dalam air musta’mal. Air ini dihukumi sebagai air yang suci tapi tidak bisa mensucikan.

Bagi yang tidak memiliki shower di rumahnya, Bu Ni’mah menyarankan untuk mandi di bawah kran yang dinyalakan. Hal itu jauh lebih aman dalam mensucikan.

Tak lupa Bu Ni’mah juga mengajarkan doa yang harus dibaca saat melakukan mandi besar usai tuntas haid, yaitu;

Nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbari fardhan lillaahi ta’aalaa.

Artinya, “Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardhu karena Allah Ta’ala.”

Demikian sepenggal cerita Quranic Leadership Camp bagian dua tentang materi keputrian yang bisa kami bagikan. Semoga bermanfaat dan nantikan cerita keseruan QLC selanjutnya, Ayah Bunda!***(CM-MRT)

Peringatan Maulid Nabi 1446 H di SD Islam Bintang Juara: Menjadi Generasi Pemimpin Setangguh Rasulullah SAW

Peringatan Maulid Nabi 1446 H di SD Islam Bintang Juara: Menjadi Generasi Pemimpin Setangguh Rasulullah SAW

SD Islam Bintang Juara mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1446 Hijriah dengan tema “Menjadi Generasi Pemimpin Setangguh Rasulullah SAW.” Acara yang diselenggarakan pada hari Rabu, 18 September 2024 ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW kepada para siswa. Berbagai kegiatan menarik dilaksanakan untuk memeriahkan acara, melibatkan siswa dan guru, dengan semangat cinta kepada Nabi Muhammad SAW.

Bintang Juara Bershalawat: Grup Rebana dan Persembahan Guru

Kegiatan dimulai dengan acara Bintang Juara Bershalawat yang diiringi oleh Grup Rebana An Najma. Grup rebana ini merupakan kelompok musik Islami yang terdiri dari kakak shalih-shalihah yang memiliki bakat seni dalam bermusik, khususnya dalam memainkan alat-alat rebana. Penampilan mereka memukau para hadirin dengan lantunan shalawat yang indah, menciptakan suasana penuh ketenangan dan khusyuk.

Tidak hanya kakak shalih-shalihah yang berpartisipasi, para guru pun turut memberikan persembahan spesial. Mereka membawakan shalawat secara bersama-sama, menunjukkan bahwa kegiatan ini adalah momen kebersamaan dan kebanggaan seluruh komunitas sekolah. Melalui kegiatan ini, diharapkan para siswa semakin mencintai Nabi Muhammad SAW dan meneladani akhlak beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Dai Kecil: Tausiyah Inspiratif dari Kak Daffa Kelas 5

Acara berlanjut dengan sesi Dai Kecil, yang menampilkan Kak Daffa, kakak shalih kelas 5, sebagai pembicara utama. Dalam tausiyahnya, Kak Daffa membahas tentang bagaimana Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin yang adil, bijaksana, dan penuh kasih sayang. Ia juga mengingatkan teman-temannya tentang pentingnya bersikap jujur, bertanggung jawab, dan selalu berbuat baik kepada orang lain.

Meski masih muda, Kak Daffa mampu menyampaikan pesan-pesan moral dengan penuh percaya diri dan inspiratif. Tausiyahnya mengajak para siswa untuk mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal kepemimpinan, yang akan berguna bagi mereka di masa depan. Sesi ini mendapat apresiasi dari seluruh peserta yang hadir karena mampu menyampaikan nilai-nilai Islam secara sederhana namun bermakna.

Kelas Kepemimpinan: Belajar Memimpin Sesuai Fase Usia

Setelah sesi tausiyah, acara dilanjutkan dengan Kelas Kepemimpinan yang dibagi menjadi tiga fase sesuai jenjang kelas siswa. Fase pertama, untuk kakak shalih-shalihah kelas 1 dan 2, dibimbing oleh Pak Ali. Dalam fase ini, kakak shalih-shalihah diajarkan tentang nilai-nilai dasar kepemimpinan, seperti tanggung jawab, kerja sama, dan saling menghormati. Kegiatan ini dilakukan melalui menonton video, permainan dan simulasi sederhana agar mudah dipahami oleh kakak shalih-shalihah yang masih cukup muda usianya.

Fase kedua diikuti oleh kakak shalih-shalihah kelas 3A dan 3B yang dibimbing oleh Pak Solekan. Pak Solekan membagikan empat sifat utama yang ada dalam diri Rasulullah SAW, yaitu Shiddiq (Benar dan Jujur), Fathonah (Cerdas), Amanah (Dapat Dipercaya), Tabligh (Menyampaikan). Pak Solekan menyebutkan bahwa untuk bisa menjadi seorang pemimpin, maka setidaknya kakak shalih-shalihah harus memiliki satu atau dua sifat tersebut.

Fase ketiga, yang melibatkan kakak shalih-shalihah kelas 4, 5, dan 6, dibimbing oleh Ustaz Fahri. Berbeda dengan pembimbing dari Fase A dan B yang merupakan guru internal SD Islam Bintang Juara, pembimbing untuk fase tinggi didapuk dari luar sekolah. Beliau adalah seorang Hafiz Qur’an.

Ustaz Fahri berbagi kisah Rasulullah SAW, dan mengajak kakak shalih-shalihah bermain kuis interaktif terkait dengan materi kisah yang telah dibawakan. Tak hanya itu, Ustaz Fahri juga mengajak kakak shalih-shalihah untuk melakukan sambung ayat. MasyaAllah…

galeri peringatan maulid nabi

Penutup

Peringatan Maulid Nabi 1446 H di SD Islam Bintang Juara menjadi momen penting dalam membentuk karakter kepemimpinan siswa. Melalui kegiatan-kegiatan seperti Bintang Juara Bershalawat, Dai Kecil, dan Kelas Kepemimpinan, kakak shalih-shalihah tidak hanya diajak untuk memahami makna kepemimpinan, tetapi juga untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan meneladani Rasulullah SAW, diharapkan mereka dapat tumbuh menjadi generasi pemimpin yang tangguh, adil, dan bijaksana di masa depan.

Qailulah (Tidur Siang) dalam Islam: Manfaat dan Dalil-dalil yang Mendukung

Qailulah (Tidur Siang) dalam Islam: Manfaat dan Dalil-dalil yang Mendukung

Qailulah, atau tidur siang, adalah kebiasaan tidur singkat selama siang hari yang memiliki signifikansi dan dukungan dalam ajaran Islam. Praktik ini tidak hanya merupakan tradisi budaya, tetapi juga memiliki dasar-dasar agama yang kuat dalam Islam. Berikut adalah artikel yang menjelaskan manfaat qailulah dan dalil-dalil yang mendukungnya.

Dalil-dalil yang Mendukung Qailulah

Berikut ini beberapa hadits yang mendukung tentang pentingnya manfaat Qailulah dalam kehidupan sehari-hari:

1. Hadits Riwayat Abu Daud

Rasulullah SAW secara rutin berpraktik tidur siang. Beliau bersabda, “Qailulah adalah sunah dari Allah. Allah menetapkan hal itu pada waktu siang dan menghilangkan barakah dari tidur pada waktu malam.

2. Hadits Riwayat At-Tirmidzi

Abu Bakr Ash-Shiddiq melaporkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidur sejenak pada siang hari adalah pintu keberkahan, dan tindakan bijak bagi mereka yang melakukan pekerjaan yang berat.”

3. Quran Surat Ar Rum: 23

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan (QS Ar-Rum: 23).

Manfaat Qailulah untuk Kesehatan Tubuh

Selain dianjurkan dalam agama, Qailullah juga ternyata memiliki segudang manfaat bagi kesehatan tubuh, di antaranya:

1. Istirahat Fisik

Qailulah memberikan kesempatan bagi tubuh untuk istirahat sejenak, mengurangi kelelahan dan meningkatkan energi fisik.

2. Peningkatan Kewaspadaan

Tidur siang dapat meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi, membantu seseorang menjadi lebih produktif dalam aktivitas sehari-hari.

3. Pemulihan Mental

Qailulah juga memberikan istirahat mental, membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional.

4. Peningkatan Produktivitas

Dengan memberikan jeda sejenak selama siang, qailulah dapat meningkatkan produktivitas saat melanjutkan aktivitas setelahnya.

5. Peningkatan Kesehatan Jantung

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur siang dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung dan memperbaiki kesehatan kardiovaskular.

Nah, setelah mengetahui manfaat tidur siang, apakah Ayah Bunda semakin tertarik untuk meluangkan waktu untuk istirahat di jam-jam setelah makan?

galeri qailulah di SD Islam Bintang Juara

Nasehat agar Tidak Berlebihan saat Qailulah

Meskipun qailulah dianjurkan, Islam juga menasihatkan agar tidak berlebihan dalam tidur siang. Rasulullah SAW menegaskan bahwa tidur siang yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan kehilangan berkah.

Para ahli medis juga berpendapat bahwa qailulah bisa bermanfaat jika dalam pelaksaanaannya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Pada Waktu yang Tepat

Diutamakan qailulah dilakukan antara pukul 13.00 sampai dengan 15.00. Waktu tersebut  sering kali merupakan saat kebanyakan orang makan siang, yaitu periode di mana kadar gula darah bisa turun.

2. Waktu Tidak Terlalu Lama

Tidur siang harus singkat. Para ahli biasanya merekomendasikan durasi tidur siang antara 10-30 menit. Tidur siang lebih dari satu jam justru membuat badan tidak bugar.

3. Pilih Tempat yang Tepat

Selain waktu yang tepat, sebaiknya Ayah Bunda dan kakak shalih-shalihah tidur siang di ruangan yang nyaman untuk tidur. Misalnya ruangan tersebut harus baik sirkulasi udaranya, dan mendapat penerangan yang cukup.

Sebagai informasi, SD Islam Bintang Juara sudah menerapkan qailulah sejak tahun pertama sekolah ini berdiri. Usai makan siang, kakak shalih-shalihah mendapat kesempatan untuk beristirahat singkat, kurang lebih 30 menit, sebelum memulai aktivitas berikutnya.

Dengan menerapkan qailulah secara rutin, alhamdulillah kakak shalih-shalihah jauh lebih bisa produktif menjalani aktivitas selanjutnya.

Qailulah dapat dijadikan sebagai praktik yang sehat dan bermanfaat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, asalkan dilakukan dengan seimbang dan sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan kebersihan dan waktu pelaksanaan tidur siang agar sesuai dengan sunnah Rasulullah SAW.***

Referensi:

  • https://www.acehutara.go.id/berita/kategori/kesehatan/tidur-siang-sunnah-rasulullah-saw-yang-dipraktikkan-barat
  • https://lampung.nu.or.id/syiar/ini-waktu-tidur-yang-dianjurkan-dan-tidak-dianjurkan-dalam-islam-o79t3
  • https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6951940/ini-dua-waktu-tidur-yang-baik-menurut-islam
Kenapa Kita Perlu Mendapat Ridho dari Orang Tua?

Kenapa Kita Perlu Mendapat Ridho dari Orang Tua?

Pada hari Senin, 19 Februari 2024, telah berlangsung upacara bendera dengan penuh khidmat. Mendapat ridho dari orang tua adalah salah satu pesan penting yang disampaikan melalui upacara bendera kali ini.

Cuaca cerah mengiringi langkah tegap kakak shalih-shalihah kelas 5A yang menjadi petugas upacara bendera. Sementara itu kakak kelas 3 mendapat tugas sebagai tim paduan suara.

Pagi itu seluruh siswa dan bapak ibu guru mengikuti jalannya upacara dengan tertib tanpa terkecuali.  Tak ketinggalan tim PMR Mula SD Islam Bintang Juara yang berdiri sigap di belakang barisan peserta upacara, guna memantau kesehatan peserta selama upacara berlangsung.

upacara bendera di SD Islam Bintang Juara

dokumentasi upacara bendera

Mendapat Ridho dari Orang Tua, Amanat Penting dari Pak Ali

Pak Ali (Guru mengaji di SD Islam Bintang Juara) mendapat amanah sebagai pembina upacara pagi itu. Dalam kesempatan tersebut, Pak Ali menyampaikan sedikit pesan kepada kakak shalih-shalihah tentang perlunya mendapat ridho dari orang tua.

“Ridhonya Allah itu tergantung pada ridhonya orang tua dan murkanya Allah tergantung pada murkanya orang tua. Maka secara tidak langsung ketika kita mendapat ridho dari orang tua, insya Allah akan mendapat ridho dari Allah. Betapa ruginya kita ketika berhasil dalam hal duniawi tapi kita tidak mendapat keberhasilan dalam hal akhirat,” ujar Pak Ali ketika menyampaikan amanat upacara.

Doa orang tua kepada anak merupakan salah satu bukti anak mendapat ridho dari orang tua. Dengan keridhoan dari orang tua, insya Allah segala sesuatu yang kita lakukan, kita kerjakan dan kita usahakan mendapat ridho juga dari Allah.

Untuk bisa mendapat ridho orang tua, artinya kita harus senantiasa berbakti kepada mereka. Berikut ini beberapa dalil yang menguatkan pentingnya seorang anak berbakti kepada orang tua:

Selain mempermudah turunnya ridho Allah SWT kepada kita, berbakti kepada kedua orang tua juga memiliki manfaat lain, di antaranya:

Al Quran surat al ankabut ayat 8

Al Quran surat al israa ayat 23-24

Al Quran surat Luqman ayat 14

1. Merupakan Amal yang Paling Utama

Sebagaimana diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan At-Tirmidzi;

“Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’.

2. Berbakti kepada Orang Tua Mampu Menghilangkan Kesulitan Hidup

Dalil terkait hal ini adalah hadits riwayat dari Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma mengenai kisah tiga orang yang terjebak dalam gua, dan salah seorangnya bertawassul dengan bakti kepada ibu bapaknya.

3. Memperluas Rizki dan Panjang Umur

Berbakti kepada orang tua dalam rangka meraih ridho mereka adalah salah satu bentuk silaturahim. Silaturahim yang paling diutamakan adalah silaturahim kepada orang tua. Insya Allah, anak-anak yang dekat dengan kedua orang tuanya, akan Allah SWT perluas rizki dan panjangkan umurnya.

4. Mendapat Hadiah Masuk Surga

Berbuat baik kepada orang tua dan taat kepada keduanya dalam kebaikan merupakan jalan menuju Surga. Dengan demikian, jika seorang anak berbuat baik kepada orang tuanya, Allah SWT akan menghindarkannya dari berbagai malapetaka, dan insya Allah akan dimasukkan ke Surga.

Maka dari itu selalu berbakti dan berbuat baiklah kepada Ayah Bunda, agar kita senantiasa selalu mendapat ridho dari orang tua. Karena ridho Allah SWT akan turun ketika orang tua ridho pada kita***

Indahnya Silaturahim dalam Islam, Yuk Ajak Kakak Shalih-shalihah Menyambung Tali Persaudaraan

Indahnya Silaturahim dalam Islam, Yuk Ajak Kakak Shalih-shalihah Menyambung Tali Persaudaraan

Bulan Syawal selalu identik dengan momen silaturahim. Padahal silaturahim seharusnya senantiasa disambung setiap hari, tidak hanya saat Syawal.

Namun silaturahim di bulan Syawal, terutama di momen Idul Fitri menjadi lebih istimewa, dikarenakan bisa berkumpul dengan seluruh keluarga besar. Ayah Bunda, silaturahim dalam Islam ternyata memiliki keutamaan yang luar biasa.

Bahkan dalam Al Quran Surat An Nisa: 36, tersirat perintah silaturahim yang berbunyi;

quran surat an nisa ayat 36

Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.”

Selain termaktub dalam Al Quran, pentingnya silaturahim juga disebutkan dalam berbagai hadits. Salah satunya hadits berikut;

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia memuliakan tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maha hendaklah ia menyambung hubungan silaturahmi.”(H.R. Bukhari & Muslim).

Insya Allah di SD Islam Bintang Juara, keutamaan silaturahim selalu digaungkan kepada kakak shalih-shalihah agar mereka senantiasa ingat pentingnya bersilaturahim. Momen silaturahim saat Upacara Hardiknas 2023 adalah salah satu contoh bagaimana SD Islam Bintang Juara selalu meniatkan semua aktivitas sehari-hari sebagai bentuk silaturahim.

Pengertian Silaturahim

Silaturahim berasal dari kata صلة yang artinya hubungan atau menghubungkan. Adapun kata الرحيم atau الرحم jamaknya االرحام berarti rahim atau peranakan perempua. Bisa juga diartikan sebagai kerabat. Asal kata dari rahim yaitu ar-rahmah, yang bermakna kasih sayang.

Penyebutan rahim dalam silaturahim karena hubungan kerabat terdekat biasanya terjalin karena adanya hubungan rahim. Dengan adanya hubungan rahim tersebut, orang-orang bisa saling berkasih sayang.

Namun dalam perkembangannya, silaturahim memiliki makna menjalin hubungan dengan keluarga, baik itu kerabat dekat ataupun kerabat jauh, juga menjalin hubungan dengan sesama demi terciptanya kebaikan semua umat.

Bentuk-bentuk Silaturahim dalam Islam

Sejauh ini seperti apakah Ayah Bunda mengenalkan silaturahim kepada kakak shalih-shalihah?

Dikutip dari sebuah jurnal studi hadis mengenai keutamaan silaturahim, silaturahim memiliki berbagai bentuk dan tingkatan, antara lain;

1. Silaturahim dengan Kerabat yang Memiliki Hubungan Darah

silaturahim kepada kerabat terdekat

Bisa dikatakan ini adalah bentuk silaturahim dalam tingkatan tertinggi. Yaitu menjalin hubungan dengan kakek nenek, orang tua, anak, kakak adik kandung, sepupu, om tante dan keponakan. Bukan hanya menjalin hubungan, Allah SWT juga meminta kita agar senantiasa berbuat baik kepada para kerabat.

2. Silaturahim dengan Sesama Kaum Muslimin Seiman

silaturahim kepada sesama muslimin

Bentuk silaturahim pada tingkatan berikutnya yaitu menjalin hubungan baik dengan sesama saudara seiman. Dalam menjalin hubungan tersebut, kita tidak boleh melihat golongan, organisasi, tempat mengajinya sama atau berbeda, dan sebagaimana.

Perbedaan pendapat dan pandangan bisa saja terjadi dengan saudara seiman sehingga kadangkala membuat tali silaturahim terputus. Oleh karenanya dibutuhkan kepala dingin dalam menyelesaikan perbedaan pendapat, juga saling menghormati antara satu sama lain.

Selama sama-sama masih berpegang pada Allah SWT, Rasulullah SAW dan Al Quran, artinya kita masih dalam koridor yang sama. Anggap saja perbedaan pandangan terhadap suatu masalah sebagai bumbu dalam bersaudara.

3. Silaturahim dengan Sesama Manusia

silaturahim kepada sesama manusia

Selain dengan saudara seiman, Allah SWT juga memerintahkan manusia untuk slaing mengenal satu sama lain. DI mata Allah SWT,  semua manusia itu sama, hanya kualitas iman dan taqwanya yang membedakan derajatnya.

Oleh karenanya mari ajarkan pada kakak shalih-shalihah untuk tetap berbuat baik kepada tetangga, ataupun kenalan walaupun mereka berbeda agama dan keyakinan. Kita masih tetap bisa bermuamalah dan saling memberikan pertolongan.

Beberapa cara menjalin hubungan dengan sesama manusia, tanpa mengenal perbedaan suku, agama dan ras sebagai berikut:

bentuk silaturahim memuliakan tamu

  • Memuliakan Tamu – Mau siapapun tamu yang datang, kita wajib melayani dengan baik; menyambut dengan senyum, bertutur kata yang baik, dan memberikan jamuan sesuai kemampuan.
  • Menjaga Hubungan Baik dengan Tetangga – Tetangga adalah saudara terdekat. Bahkan seringkali jauh lebih dekat dibandingkan dengan saudara sedarah. Kita bisa saling berbagi suka duka bersama tetangga. Oleh karenanya jika ada orang yang berhak mendapat kebaikan dari kita, maka tetangga termasuk dalam barisan tersebut.

Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menjalin hubungan baik dengan tetangga:

  • Apabila tetangga mendapat keberuntungan atau sedang bersuka cita, maka ikutlah bergembira.
  • Apabila tetangga sedang berduka cita atau kehilangan orang terdekat, segeralah bertakziah.
  • Apabila tetangga meminta pertolongan, berikan pertolongan.
  • Apabila kita memasak, usahakan agar bau masakan tersebut tidak mengganggu tetangga. Kecuali, kita juga mengantarkan apa yang kita masak kepada tetangga.
  • Apabila kita membangun rumah, memintalah izin kepada tetangga dan jangan sampai tinggi bangunan rumah mengganggu jalan udara ke rumah tetangga.

Adab Bersilaturahim

Dalam bersilaturahim terdapat beberapa adab yang harus diperhatikan, antara lain:

  • Niat yang Baik dan Ikhlas – Silaturahim harus diniatkan untuk Allah SWT semata. Bukan untuk tujuan riya’ ataupun agar mendapat pujian dari sesama manusia.
  • Mengharap Pahala – Melakukan silaturahim harus berdasarkan ketaatan terhadap perintah Allah SWT. Oleh karenanya, melaksanakan hal tersebut haruslah hanya berharap pahala dari Allah SWT.
  • Memulai Silaturahim dari Kerabat Terdekat – Seperti telah disebutkan dalam bentuk-bentuk silaturahim, tingkatan tertinggi dalam silaturahim adalah menjalin hubungan dengan kerabat terdekat. Jangan sampai Ayah Bunda menjalin hubungan baik dengan orang selain kerabat, tetapi justru renggang dengan kerabat terdekat.

adab silaturahim

  • Silaturahim Bukan untuk Mengharapkan Balasan – Menyambung silaturahim harus dilakukan kepada siapa saja, bukan hanya kepada orang-orang yang mau menyambung silaturahim dengan diri kita.
  • Sabar – Saat menjalin silaturahim, mungkin Ayah Bunda akan bertemu dengan gesekan-gesekan yang tidak sesuai dengan hati. Namun Rasulullah SAW meminta kita untuk bersabar dalam menyambung jalinan persaudaraan. Apabila kita mampu menghadapi perbuatan buruk dengan kebaikan, insya Allah perlahan-lahan kebaikan tersebut akan membawa kebaikan-kebaikan yang lain.

Manfaat Silaturahim

Masya Allah betapa silaturahim tidak dianggap sepele dalam Islam ya, Ayah Bunda. Bahkan Allah SWT melalui Rasulullah SAW telah memberikan berbagai tuntunan untuk menjalin silaturahim dengan tepat.

keutamaan silaturahim

Hal itu dikarenakan silaturahim memiliki keutamaan dan manfaat yang luar biasa. Menurut  Abu Laits Samarqandi, manfaat silaturahim antara lain:

  • Mendapatkan ridha dari Allah SWT.
  • Membahagiakan orang yang kita kunjungi.
  • Menyenangkan malaikat, malaikat juga menyukai dan saling bersilaturahim.
  • Disenangi oleh sesama manusia dan dikenang sebagai ahli silaturahim sehingga banyak yang mendoakan.
  • Menambah rezeki dan keberkahan umur.
  • Memupuk rasa cinta kasih terhadap sesama dan meningkatkan rasa kebersamaan, serta kekeluargaan.
  • Mempererat dan memperkuat tali persaudaraan dan persahabatan.
  • Menambah pahala.

Dengan hadir ke sekolah setiap hari, insya Allah kakak shalih-shalihah telah melaksanakan salah satu bentuk silaturahim kepada guru dan teman lo, Ayah Bunda. Masya Allah apabila bersekolah diniatkan untuk silaturahim, keberkahan dan kebaikannya insya Allah semakin berlipat.

Ayah Bunda, semoga informasi mengenai indahnya silaturahim dalam Islam ini bisa memberikan manfaat. Yuk dampingi kakak shalih-shalihah untuk bersilaturahim dengan kerabat, tetangga dan para sahabat.***

Referensi:

  • Jurnal ‘Wawasan Hadis tentang Silaturahmi’ – https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/tahdis/article/view/7222
  • https://muslimah.or.id/9689-silaturahmi-bertabur-pahala.html
  • https://almanhaj.or.id/9551-keutamaan-silaturahim.html
  • https://muslim.or.id/75301-fikih-silaturahmi-bag-3-keutamaan-menyambung-dan-bahaya-memutus-silaturahmi.html
  • https://rumaysho.com/1894-keutamaan-silaturahmi.html
  • https://www.dompetdhuafa.org/silaturahmi-dalam-islam/
Ayah Bunda, Inilah 5 Keutamaan Iktikaf pada Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Ayah Bunda, Inilah 5 Keutamaan Iktikaf pada Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Masya Allah tak terasa telah mendekati penghujung ramadhan ya, Ayah Bunda. Berbondong-bondong orang mulai memenuhi masjid untuk melakukan iktikaf. Ayah Bunda tahukah keutamaan iktikaf pada sepuluh hari terakhir ramadhan?

Apabila Ayah Bunda telah mengetahuinya, tentu tidak heran bukan kenapa pada akhir ramadhan banyak yang melakukan iktikaf. Sebagai informasi, iktikaf atau biasa disebut i’tikaf berasal dari bahasa Arab yang artinya berdiam diri pada sesuatu.

Sementara arti yang sekarang berkembang yaitu ibadah sunnah yang dilakukan dengan cara menetap di masjid sementara waktu. Selama di masjid, Ayah Bunda bisa melakukan beragam aktivitas ibadah yang bisa mendekatkan diri kepada Allah, seperti berdzikir, mendirikan shalat sunnah ataupun membaca Al Quran.

Sebagai informasi, orang yang melakukan iktikaf disebut dengan mu’takif atau ‘aakif. Apakah Ayah Bunda sudah melakukan iktikaf?

Apabila Ayah Bunda belum memulai beriktikaf, yuk baca terlebih dahulu informasi mengenai iktikaf yang insya Allah bisa menambah semangat untuk menjalankan ibadah sunnah ini.

Siapa Saja yang Boleh Iktikaf?

Sebagian besar mu’takif adalah laki-laki, tetapi tidak ada larangan bagi perempuan yang ingin beriktikaf lo, Ayah Bunda. Sebagaimana termaktub dalam hadits Rasulullah SAW berikut ini;

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata: “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadan hingga beliau diwafatkan oleh Allah. Lalu istri-istri beliau beri’tikaf setelah beliau wafat. Muttafaqun ‘alaih.” (HR. Bukhari dan Muslim).

siapa saja yang boleh beriktikaf

Dari hadits tersebut bisa disimpulkan bahwasanya perempuan diperbolehkan beriktikaf. Namun para ulama memiliki kesamaan pendapat terkait syarat yang harus dipenuhi perempuan agar bisa beriktikaf.

Pertama, apabila perempuan sudah menikah, maka ia harus mendapat izin dari suaminya. Kedua, seorang perempuan boleh datang beriktikaf asalkan tidak menimbulkan fitnah.

Waktu untuk Iktikaf

Iktikaf merupakan ibadah sunnah yang lebih banyak dilakukan pada bulan ramadhan. Padahal sebenarnya iktikaf bisa dilakukan di luar bulan Ramadhan lo, Ayah Bunda.

Selain itu iktikaf juga boleh dilakukan tanpa berpuasa terlebih dahulu. Hanya saja memang karena keutamaan iktikaf pada sepuluh hari terakhir ramadhan yang sangat luar biasa, tak heran jika ibadah ini lebih populer di bulan Ramadhan.

Berikut ini hadits Rasulullah SAW yang menjadi landasan untuk banyak beriktikaf di sepuluh hari terakhir ramadhan:

“Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah beri’tikaf di sepuluh hari pertengahan ramadhan, lalu I’tikaf pada tahun tersebut sampai pada malam keduapuluh satu, yaitu malam beliau keluar I’tikaf. Pada pagi harinya, beliau berkata barang siapa yang beri’tikaf bersamaku maka hendaklah beri’tikaf di sepuluh terakhir.” (Bukhori 1887)

Sedangkan untuk lama iktikafnya, beberapa ulama memiliki perbedaan pendapat. Ada yang berkata minimal sehari semalam, ada pula yang berkata bahwa waktu untuk melakukan iktikaf minimal semalam sama.

Namun sebagian ulama lainnya juga berpendapat bahwa selama memasuki masjid dan berniat iktikaf, Ayah Bunda sudah bisa mendapat pahala beriktikaf, walau hanya beberapa jam.

waktu iktikaf

Syarat untuk Melakukan Iktikaf

Adapun syarat melakukan iktikaf sebagai berikut;

  • Hanya boleh dilakukan di dalam masjid
  • Dilarang keluar dari masjid kecuali karena hajat atau ada keadaan darurat

Syarat tersebut disampaikan oleh Allah SWT dalam firmanNya pada Quran Surat Al Baqarah: 187;

“Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.”

Tata Cara Melakukan Iktikaf

Apabila Ayah Bunda ingin beriktikaf, silakan untuk melakukan langkah-langkah berikut;

tata cara beriktikaf

1. Membaca Niat

Ada dua niat iktikaf yang bisa dipilih;

  • Nawaitul i’tikaafa fii haadzal masjidi lillaahi ta’aalaa. Artinya: “Saya niat iktikaf di masjid ini karena Allah SWT,”
  • Nawaitu an a’takifa fii haadzal masjidi maa dumtu fiihi. Artinya: “Saya niat iktikaf di masjid ini selama saya berada di dalamnya.”

Kalau Ayah Bunda biasa menggunakan niat yang mana?

2. Berdiam Diri dan Melakukan Berbagai Amalan

Sebagaimana arti katanya, saat melakukan iktikaf, Ayah Bunda dipersilakan untuk berdiam diri di dalam masjid. Sembari berdiam diri, Ayah Bunda bisa melakukan berbagai amalan seperti berdzikir, bertafakkur, ataupun membaca Al Quran.

3. Menghindari Perbuatan yang Tidak  Berguna

Ada kalanya saat beriktikaf Ayah Bunda bertemu dengan rekan atau kerabat, kemudian justru  terlibat pembicaraan yang gayeng. Nah, hal seperti ini sebaiknya dihindari, Ayah Bunda.

Karena tujuan iktikaf adalah untuk beribadah, sebaiknya Ayah Bunda menghindari melakukan hal-hal yang tidak ada manfaatnya agar ibadah iktikaf bisa lebih sempurna. Walaupun melakukan hal-hal tersebut  tidak membatalkan iktikaf, tetapi bisa mengurangi nilai iktikaf.

Selama iktikaf, Ayah Bunda tetap boleh memejamkan mata. Bagaimanapun tubuh memiliki hak untuk beristirahat. Apabila dirasa tubuh meminta haknya untuk diistirahatkan, Ayah Bunda bisa tidur beberapa saat untuk mengumpulkan tenaga sebelum memulai ibadah lainnya.

5 Keutamaan Iktikaf pada Sepuluh Hari Terakhir Ramadhan

Siapa yang tak ingin masuk dalam barisan umatnya Rasulullah Muhammad SAW bukan? Makanya, ayo beriktikaf di sepuluh hari terakhir Ramadhan, Ayah Bunda.

Berikut ini keutamaan iktikaf yang bisa didapatkan apabila Ayah Bunda melakukannya di sepuluh hari terakhir Ramadhan:

keutamaan iktikaf pada sepuluh hari terakhir ramadhan

1. Berkesempatan untuk Mendapatkan Malam Lailatul Qadar

Disebutkan bahwa Lailatul Qadar adalah malam penuh kemuliaan yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana termaktub dalam Quran Surat Al Qadar: 3 – 5;

“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”

Namun kapan tepatnya Lailatul Qadar terjadi, tidak ada yang benar-benar mengetahuinya. Allah SWT merahasiakan waktunya, tetapi memberikan pertanda sebagaimana terdapat pada hadits-hadits berikut;

  • “Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
  • “Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)
  • “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)
  • “Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)

Dalam hadits-hadits tersebut terjelaskan bahwa Lailatul Qadar hadir pada sepuluh hari terakhir ramadhan. Walaupun waktu tepatnya tidak ada yang benar-benar mengetahui.

Hal ini bukan tanpa sebab, Ayah Bunda. Dirahasiakannya Lailatul Qadar agar terlihat mana orang yang bersungguh-sungguh dan mana yang bermalas-malasan.

Apabila Ayah Bunda benar-benar ingin mendapatkan berkah Lailatul Qadar, tentu akan melakukan banyak amalan dan mendekatkan diri pada Allah SWT dengan penuh kesungguhan. Salah satunya dengan melakukan iktikaf.

Kesempatan untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar pada saat iktikaf lebih terbuka lebar karena Ayah Bunda khusyuk beribadah. Pastikan selama iktikaf, Ayah Bunda memperbanyak doa berikut;

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwan fa’fu ‘anni. Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan Engkau suka memberi maaf, maka maafkanlah aku.”

2. Terhindar dari Perbuatan Maksiat

Dengan melakukan iktikaf, Ayah Bunda akan khusyuk beribadah sehingga akan terhindar dari perbuatan yang sia-sia. Dengan berniat iktikaf, Ayah Bunda akan terlupakan dari urusan-urusan duniawi, seperti bergosip, berbelanja keperluan lebaran dengan kalap ataupun acara-acara buka bersama yang seringkali melalaikan.

3. Salat Menjadi Lebih Khusyuk

Apabila di hari-hari sebelumnya, menegakkan shalat hanya sekadar untuk menggugurkan kewajiban. Maka shalat yang didirikan pada saat iktikaf lebih memiliki nilai karena dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

4. Waktu yang Tenang untuk Bermuhasabah

Walaupun tidak ada batasan  untuk melakukan iktikaf di siang hari, tetapi sebagian besar mu’takif beriktikaf di malam hari. Hal itu dikarenakan pada malam hari Ayah Bunda telah terlepas dari segala urusan duniawi, sehingga bisa lebih fokus untuk melakukan amalan-amalan.

Selain berdzikir, mengerjakan shalat sunnah dan membaca Al Quran, Ayah Bunda juga bisa memanfaatkan iktikaf sebagai waktu untuk bermuhasabah. Ayah Bunda bisa melakukan evaluasi apakah selama bulan ramadhan ini telah banyak melakukan perbaikan diri atau justru mengalami kemunduran.

5. Melatih Kesabaran

Pada saat melakukan iktikaf, Ayah Bunda akan berlatih banyak mengenai kesabaran. Hal tersederhana adalah antre untuk berwudhu atau ke kamar kecil.

Selain itu, selama beriktikaf, Ayah Bunda bisa belajar untuk beribadah dengan lebih khusyuk dan tidak tergesa-gesa. Iktikaf akan membuat Ayah Bunda lebih bisa merasakan getaran hati saat melakukan ibadah-ibadah tersebut.

Nah, Ayah Bunda kini telah mengetahui keutamaan iktikaf pada sepuluh hari terakhir Ramadhan bukan? Yuk, mulai malam ini rapatkan barisan dan mulai penuhi masjid-masjid terdekat untuk beriktikaf. Kakak shalih-shalihah juga sudah bisa diajak beriktikaf lo.

Selamat menjalani ibadah di penghujung ramadhan, Ayah Bunda. Sampai jumpa pada catatan istimewa Bintang Juara berikutnya.***

Referensi:

  • https://muslim.or.id/84297-hukum-hukum-berkenaan-dengan-itikaf.html
  • https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6667708/raih-malam-lailatul-qadar-apakah-harus-itikaf-di-masjid
  • https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6671546/niat-tata-cara-waktu-iktikaf-dan-doa-malam-lailatul-qadar
  • https://muslim.or.id/356-lailatul-qadar-dan-itikaf.html
  • https://www.idntimes.com/life/inspiration/intan-deviana-safitri/keutamaan-itikaf-exp-c1c2?page=all