fbpx
Serunya Kakak Kelas 5 Belajar Bersama Ahli di RSWN: Melihat Lebih Dekat, Mendengar Lebih Jelas

Serunya Kakak Kelas 5 Belajar Bersama Ahli di RSWN: Melihat Lebih Dekat, Mendengar Lebih Jelas

Kegiatan Belajar Bersama Ahli (BBA) Kelas 5 SD Islam Bintang Juara kali ini mengambil tema “Mengenal Indera, Menyapa Dunia: Mata yang Melihat Cahaya, Telinga yang Mendengar Cerita.”

Melalui kunjungan ke Rumah Sakit Daerah K.R.M.T Wongsonegoro (RSWN), kakak shalih-shalihah belajar langsung tentang bagaimana indera penglihatan dan pendengaran bekerja, serta cara menjaganya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari Pembelajaran Mendalam (PM), di mana peserta didik tidak hanya belajar dari buku, tetapi juga dari praktik nyata di lapangan bersama para ahli di bidangnya. Ini juga merupakan tahap pengenalan dalam Project Based Learning terkait bunyi dan cahaya.

Sambutan Inspiratif dari dr. Lia Sasdesi Mangiri

Kunjungan edukatif ini dibuka dengan sambutan penuh semangat dari dr. Lia Sasdesi Mangiri, Sp.Rad, selaku Wakil Direktur Pelayanan RSWN.
Beliau mengingatkan pentingnya menjaga kesehatan indera sejak dini.

“Menjaga mata dan telinga berarti menjaga cara kita memahami dunia,” ujar beliau, memantik semangat belajar para kakak kelas 5 yang mendengarkan dengan antusias.

Belajar Kesehatan Mata dan Telinga Bersama dr. Fathiya Khansa Diarti

Sesi materi utama dibawakan oleh dr. Fathiya Khansa Diarti dengan topik “Kesehatan Mata dan Telinga.” Melalui presentasi interaktif, beliau menjelaskan berbagai penyakit yang umum terjadi, seperti rabun jauh, infeksi telinga, serta kebiasaan buruk yang sering dilakukan anak-anak, misalnya menonton terlalu dekat atau mendengarkan musik dengan volume tinggi.

Kakak-kakak sangat antusias bertanya. Salah satu dari mereka, Kak Banyu, bertanya, “Dok, kenapa mata bisa minus?”

dr. Fathiya menjawab dengan sabar, “Karena bola mata terlalu panjang, sehingga bayangan jatuh di depan retina. Tapi bisa dikoreksi dengan kacamata.”

Keenam kakak yang paling aktif bertanya mendapatkan mug spesial dari pihak RSWN sebagai bentuk apresiasi atas semangat belajarnya.

Mengunjungi Poli Mata: Melihat Dunia Lewat Teknologi Medis

Perjalanan berikutnya membawa kakak ke Poli Mata. Di sana, mereka disambut oleh dr. Asri dan tim medis yang memperkenalkan alat-alat pemeriksaan penglihatan.

Kakak belajar membedakan mata sehat dan mata yang mengalami gangguan, serta mencoba alat untuk mengukur minus kacamata. Momen ini membuat mereka takjub — betapa teknologi kedokteran begitu membantu manusia menjaga nikmat penglihatan yang Allah berikan.

Menjelajah Poli THT: Belajar Menjaga Pendengaran dan Pernapasan

Setelah itu, rombongan melanjutkan kunjungan ke Poli THT, bertemu dengan dr. Joko dan tim. Di sini, kakak dikenalkan berbagai alat untuk memeriksa telinga, hidung, dan tenggorokan.

Mereka juga diajak melihat langsung proses pemeriksaan di ruang audiometri, tempat dokter menguji kemampuan mendengar seseorang. Kakak tampak penasaran melihat grafik suara di layar — bagaimana gelombang suara bisa diukur dan ditampilkan dengan teknologi.

Makna Pembelajaran Mendalam di Dunia Nyata

Kegiatan Belajar Bersama Ahli bukan sekadar kunjungan edukatif, tetapi merupakan praktik nyata dari Pembelajaran Mendalam di SD Islam Bintang Juara. Melalui pengalaman langsung di dunia kerja profesional, kakak belajar mengaitkan pengetahuan akademik dengan kehidupan nyata — memahami fungsi tubuh sekaligus menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT.

Sebagaimana pesan dari Bu Linda (Wali Kelas 5) di awal kegiatan,

“Kita belajar hari ini agar lebih menghargai setiap anugerah Allah. Mata dan telinga bukan sekadar alat, tapi jendela untuk memahami dunia.”

Kesimpulan: Dari Rumah Sakit, Pulang dengan Ilmu dan Kesadaran Baru

Kunjungan edukatif ke Rumah Sakit Wongsonegoro ini meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta. Kakak shalih-shalihah tidak hanya membawa pengetahuan tentang kesehatan mata dan telinga, tetapi juga kesadaran spiritual dan sosial untuk menjaga karunia Allah yang begitu berharga.

Belajar langsung dari para ahli membuat mereka memahami bahwa menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah, dan setiap ilmu yang dipelajari adalah bentuk syukur atas ciptaan-Nya.*** (CM-MRT)

Serunya Kelas 1A Belajar Bangun Ruang Lewat Permainan bersama Bunda Erni

Serunya Kelas 1A Belajar Bangun Ruang Lewat Permainan bersama Bunda Erni

SD Islam Bintang Juara, BBOT SD Islam Bintang Juara, belajar bangun ruang, pembelajaran menyenangkan, pembelajaran bermakna, bangun ruang kelas 2, kegiatan kolaboratif, kegiatan numerasi, pembelajaran berkesadaran, pembelajaran mendalam

Belajar Bangun Ruang dengan Cara yang Tak Biasa

Selasa, 28 Oktober 2025 menjadi hari yang penuh tawa dan semangat di Kelas 2C SD Islam Bintang Juara. Hari itu, suasana kelas berubah menjadi arena permainan edukatif yang seru. Kakak shalih-shalihah tak hanya duduk di kursi belajar seperti biasa, melainkan berlari, berdiskusi, dan bereksperimen bersama.

Semua itu karena hadirnya sosok istimewa—Bunda Erni Widiyastuti, orang tua dari Kak Firda, yang menjadi narasumber dalam kegiatan BBOT (Bintang Belajar Orang Tua) hari itu. Tema yang diangkat pun menarik: “Ada Bangun Ruang di Sekitarku.”

Lewat sentuhan khas orang tua yang kreatif dan penuh kasih, Bunda Erni berhasil mengubah pelajaran matematika menjadi pengalaman bermain yang bermakna.

Bangun Ruang Itu Dekat dengan Kehidupan Sehari-Hari

Kegiatan dimulai dengan cerita ringan dari Bunda Erni. Ia memperlihatkan berbagai benda yang sering dijumpai di rumah—mulai dari kemasan bedak, kotak susu, hingga bola kecil. Bunda kemudian bertanya, “Kira-kira, ini bentuknya seperti apa, ya?”

Spontan tangan-tangan kecil terangkat tinggi. “Balok, Bu!” seru salah satu kakak. “Bola, Bunda!” jawab yang lain dengan penuh semangat.

Di sinilah konsep matematika menjadi hidup dan kontekstual. Kakak shalih-shalihah diajak untuk menyadari bahwa bangun ruang bukan hanya ada di buku pelajaran, tapi juga di sekitar mereka setiap hari.

Permainan Seru: Lari Cepat ke Nama Bangun Ruang!

Setelah sesi pengenalan, kegiatan berlanjut dengan permainan interaktif. Bunda Erni menyiapkan beberapa kertas besar bertuliskan nama-nama bangun ruang seperti kubus, balok, tabung, dan bola yang ditempel di sekeliling kelas.

Ketika Bunda Erni mengangkat sebuah benda, setiap kelompok harus berdiskusi cepat menentukan bentuknya. Begitu sepakat, mereka berlari ke arah tulisan yang sesuai! Sorak sorai pun memenuhi ruangan — penuh tawa, semangat, dan kerja sama.

Lewat kegiatan sederhana ini, anak-anak belajar melatih kecepatan berpikir, komunikasi, dan kolaborasi dalam kelompok. Mereka tidak sekadar menghafal bentuk, tetapi memahami dan mengaitkannya dengan pengalaman nyata.

Menarik Jaring-Jaring Bangun Ruang: Dari Datar Menjadi 3D

Setelah berlari-lari seru, giliran sesi eksplorasi bentuk. Bunda Erni menunjukkan jaring-jaring bangun ruang dari karton warna-warni. Kakak diminta menarik garis lipatan untuk melihat bagaimana bidang datar bisa berubah menjadi bentuk tiga dimensi.

Wajah kagum terlihat di mana-mana.
Wah, ternyata kalau dilipat bisa jadi kotak, ya!” seru salah seorang kakak.
Ini seperti main puzzle!” tambah yang lain.

Tahap ini membantu anak memahami struktur ruang secara visual dan kinestetik, sekaligus mengasah ketelitian serta koordinasi tangan-mata.

Kegiatan Kreatif: Menggunting dan Melipat Bangun Ruang Sendiri

Kegiatan ditutup dengan tantangan terakhir: membuat bangun ruang dari jaring-jaring kertas. Setiap anak mendapatkan lembaran pola dan peralatan gunting serta lem. Dengan bimbingan Bunda Erni dan guru kelas, mereka mulai menggunting, melipat, dan menempel bagian-bagiannya.

Tak hanya keterampilan motorik halus yang berkembang, tapi juga kemandirian dan tanggung jawab terhadap hasil karya sendiri. Beberapa kakak bahkan saling membantu, menunjukkan semangat kolaborasi yang hangat.

Yuk bantu aku biar lemnya nggak lepas,” kata Kak Firda pada temannya — bukti bahwa belajar juga bisa jadi wadah menumbuhkan empati.

Manfaat Belajar Bangun Ruang Secara Bermakna

Apa saja manfaat belajar bangun ruang?

1. Menguatkan Literasi Numerasi

Melalui kegiatan bermain dan praktik langsung, anak belajar konsep pecahan, bentuk, dan volume dengan cara alami dan menyenangkan.
Numerasi tidak lagi terasa kaku, tetapi dekat dengan kehidupan sehari-hari.

2. Melatih Kolaborasi dan Komunikasi

Kegiatan kelompok seperti diskusi bentuk dan lomba cepat membuat anak belajar berpendapat, mendengarkan, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

3. Mengasah Keterampilan Motorik dan Kreativitas

Menggunting dan melipat jaring-jaring melatih koordinasi, ketelitian, dan daya cipta.
Anak belajar bahwa berpikir matematis juga bisa ekspresif dan kreatif.

4. Membaca Tahap Perkembangan Siswa

Bagi guru, kegiatan ini menjadi momen penting untuk membaca karakter dan tahap perkembangan siswa — bagaimana anak berkomunikasi, memimpin, bekerja sama, dan memecahkan masalah.

Kesimpulan: Belajar yang Bermakna, Gembira, dan Kolaboratif

Melalui kegiatan BBOT Kelas 1A bersama Bunda Erni Widiyastuti, pembelajaran bangun ruang menjadi lebih dari sekadar pelajaran matematika.
Ia berubah menjadi pengalaman yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan — sesuai nilai-nilai Pembelajaran Mendalam di SD Islam Bintang Juara.

Dari bermain hingga berefleksi, dari benda sederhana hingga konsep ruang, semua mengajarkan hal besar: bahwa belajar paling indah adalah ketika hati ikut terlibat.*** (CM-MRT)

Serunya Belajar Bangun Ruang di Sentra Balok! Saat Anak-anak Belajar Matematika Tanpa Sadar

Serunya Belajar Bangun Ruang di Sentra Balok! Saat Anak-anak Belajar Matematika Tanpa Sadar

Suasana Sentra Balok di PAUD Islam Bintang Juara pagi itu tampak ramai oleh tawa dan semangat anak-anak. Hari ini istimewa, karena Sentra Balok kedatangan kakak dari Kelas 1.

Deretan balok kayu berwarna-warni tersusun di meja, siap menjadi “alat belajar” untuk mengenal bangun ruang. Namun, yang menarik bukan sekadar hasil akhirnya—melainkan proses belajar yang penuh interaksi, tanya-jawab, dan eksplorasi. Guru hanya memberi panduan awal, lalu biarkan anak-anak menemukan sendiri bentuk-bentuk seperti kubus, balok, prisma, dan tabung dari media yang ada di sekitar mereka.

Manfaat Belajar Bangun Ruang di Sentra Balok

Kegiatan ini menjadi bagian dari pembelajaran tematik yang dirancang agar anak belajar melalui pengalaman langsung, bukan hanya menghafal konsep. Dari bentuk sederhana seperti kotak susu, tempat pensil, hingga menara balok yang mereka susun sendiri, semua menjadi jembatan menuju pemahaman konsep bangun ruang secara alami.

1. Menguatkan Literasi dan Numerasi Anak

Melalui kegiatan bermain sambil belajar di Sentra Balok, anak-anak belajar mengaitkan bentuk konkret dengan konsep numerik. Mereka menghitung jumlah balok yang dibutuhkan, memperkirakan tinggi bangunan, hingga mengamati perbedaan bentuk dan ukuran.
Inilah bentuk nyata dari literasi numerasi — anak memahami angka, ukuran, dan logika ruang melalui aktivitas yang menyenangkan dan bermakna.

2. Mengasah Kemampuan Memecahkan Masalah

Setiap kali bangunannya roboh atau bentuknya tidak sesuai rencana, anak-anak belajar untuk mencari solusi sendiri. Ada yang memperbaiki pondasi, ada yang menukar balok, bahkan ada yang berdiskusi dengan temannya untuk mencari cara terbaik.
Proses ini menumbuhkan daya juang, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis — kemampuan penting yang menjadi dasar pembelajaran mendalam.

3. Melatih Kolaborasi dan Komunikasi

Belajar di Sentra Balok juga menjadi momen untuk belajar kerjasama dan komunikasi efektif. Anak-anak membagi tugas, saling memberi ide, dan menghargai pendapat teman.

Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan agar setiap anak mendapat kesempatan berkontribusi. Aktivitas seperti ini menjadi latihan sosial yang penting di usia dini, sekaligus membentuk karakter saling menghargai dalam kerja tim.

4. Membantu Guru Membaca Profil Tahap Perkembangan Siswa

Kegiatan ini juga memberikan kesempatan berharga bagi guru untuk membaca profil tahap perkembangan setiap anak. Melalui observasi aktivitas, guru bisa mengenali gaya belajar, kekuatan, dan tantangan yang dimiliki anak.
Apakah ia lebih analitis, komunikatif, atau kreatif? Semua bisa terlihat dari cara anak berinteraksi dan bereksperimen selama bermain di sentra.

5. Menguatkan Dimensi Profil Lulusan dalam Pembelajaran Mendalam

Belajar bangun ruang di Sentra Balok juga selaras dengan dimensi profil lulusan dalam pembelajaran mendalam, yaitu:

  • Beriman dan berkarakter kuat, dengan belajar sabar dan teliti dalam membangun.
  • Bernalar kritis dan kreatif, melalui eksplorasi bentuk dan strategi penyusunan balok.

Mampu berkolaborasi dan berkomunikasi, saat bekerja sama menyusun bangun ruang.
Dengan begitu, proses belajar ini tidak hanya menambah pengetahuan, tapi juga membentuk kepribadian dan kemampuan esensial anak di masa depan.

Belajar yang Bermakna dan Menyenangkan

Belajar bangun ruang di Sentra Balok bukan sekadar pelajaran matematika. Ia adalah pengalaman yang membentuk cara berpikir dan karakter anak secara utuh — belajar dengan gembira, berpikir kritis, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Inilah esensi pembelajaran mendalam di SD Islam Bintang Juara: membangun pemahaman yang hidup di hati dan pikiran anak, bukan sekadar hafalan di atas kertas.***(CM-MRT)

Momen Mengharukan Hari Santri 2025 bersama Syeikh Othman Abbas di SD Islam Bintang Juara

Momen Mengharukan Hari Santri 2025 bersama Syeikh Othman Abbas di SD Islam Bintang Juara

Semarang, 21 Oktober 2025 – Langit siang itu tampak cerah dari Lantai 2 SD Islam Bintang Juara. Para kakak shalih dan shalihah berkumpul dengan semangat berbeda dari biasanya —hari ini mereka merayakan Peringatan Hari Santri Nasional 2025. Bukan sekadar upacara atau seremonial, peringatan kali ini begitu istimewa karena dihadiri oleh tamu kehormatan dari tanah penuh berkah: Syeikh Othman Abbas dari Yaffa, Palestina.

Sejak awal acara dimulai, suasana terasa hangat sekaligus haru. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an menggema, menghadirkan ketenangan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Guru, siswa, dan orang tua yang hadir seolah tersentuh oleh getaran spiritual yang kuat.

Syeikh Othman Abbas: Tamu dari Tanah Para Syuhada

Syeikh Othman Abbas bukan sekadar tamu biasa. Beliau datang membawa pesan, kisah, dan keteladanan dari tanah suci yang penuh perjuangan—Palestina. Dalam tausiyahnya, beliau menceritakan tentang semangat para penghafal Al-Qur’an di tengah kondisi sulit, bahkan di bawah ancaman perang dan keterbatasan.

Dengan lembut dan penuh kasih, beliau berkata bahwa menghafal Al-Qur’an bukan hanya untuk diingat, tapi juga untuk dijaga dan diamalkan.
Beliau mengingatkan anak-anak agar tidak hanya bangga menjadi penghafal, tapi juga menjadikan hafalan itu cahaya dalam kehidupan sehari-hari.

Para kakak mendengarkan dengan khidmat, beberapa bahkan tampak terharu. Melalui kisah yang disampaikan Syeikh, mereka memahami bahwa menjadi santri sejati berarti berjuang, bersabar, dan selalu mencintai Al-Qur’an, di mana pun berada.

Pesan tentang Doa dan Cinta untuk Palestina

Momen paling menggetarkan adalah ketika Syeikh Othman Abbas mengajak seluruh hadirin untuk berdoa bersama bagi keselamatan dan kebebasan rakyat Palestina. Tangan-tangan kecil para kakak terangkat, bibir mereka bergerak lirih mengucap doa. Di antara suara yang bergetar, ada ketulusan yang begitu dalam—doa dari hati anak-anak Indonesia untuk saudara seiman mereka di negeri jauh.

Guru-guru memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan nilai ukhuwah Islamiyah dan empati global: bahwa umat Islam adalah satu tubuh, dan doa adalah bentuk cinta yang paling indah. “Dari sekolah kita yang kecil ini,” ujar salah satu guru, “kita bisa menyalakan cahaya besar untuk dunia—melalui doa dan hafalan kita.”

Meneladani Semangat Santri: Menjaga Hafalan, Menjaga Hati

Selain mengenalkan kisah Palestina, kegiatan Hari Santri kali ini juga menjadi pengingat penting bagi para kakak untuk menjaga hafalan Al-Qur’an mereka dengan sungguh-sungguh.

Syeikh Othman Abbas berpesan bahwa hafalan bukan sekadar angka juz, tapi cermin dari keistiqamahan hati.

Setiap ayat yang kalian hafal akan menjadi pelindung,” kata beliau lembut, “dan setiap kali kalian membaca, Allah sedang meneguhkan iman di hati kalian.”

Pesan ini menjadi pembelajaran berharga yang melampaui batas waktu. Kakak-kakak Bintang Juara belajar bahwa menjaga hafalan berarti menjaga hubungan dengan Allah, dan bahwa menjadi santri adalah pilihan hati yang penuh makna.

Nilai-Nilai yang Ditanamkan dalam Hari Santri 2025

Kegiatan penuh makna ini menanamkan berbagai nilai penting yang sejalan dengan dimensi profil lulusan dalam pembelajaran mendalam, antara lain:

  • Kemandirian Spiritual: Anak-anak belajar menguatkan ibadah dan menjaga hafalan dengan kesadaran diri, bukan karena disuruh.
  • Empati dan Kepedulian: Doa untuk Palestina menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama, meskipun berbeda jarak dan budaya.
  • Literasi Keagamaan: Mereka mengenal sosok ulama dunia Islam dan memahami pentingnya dakwah dalam bentuk ilmu dan keteladanan.
  • Rasa Syukur dan Tanggung Jawab: Melihat perjuangan rakyat Palestina, anak-anak belajar bersyukur atas kedamaian yang mereka rasakan di Indonesia.

Kesimpulan: Menjadi Santri di Zaman Kini

Peringatan Hari Santri 2025 di SD Islam Bintang Juara bukan sekadar perayaan, tetapi panggilan hati untuk memperkuat iman, menjaga hafalan, dan menyalakan doa untuk sesama.

Melalui kisah dan nasihat dari Syeikh Othman Abbas, anak-anak memahami bahwa santri bukan hanya yang tinggal di pesantren—tapi siapa pun yang berjuang menegakkan nilai-nilai Al-Qur’an dalam kehidupannya.

Hari itu, cahaya iman menyinari halaman sekolah. Dari tangan-tangan kecil yang berdoa, mengalir harapan besar: semoga cahaya Islam terus bersinar, dari Bintang Juara untuk dunia.***(CM-MRT)

Petualangan Seru Kelas 1 SD Islam Bintang Juara di Desa Wisata Kandri!

Petualangan Seru Kelas 1 SD Islam Bintang Juara di Desa Wisata Kandri!

Pernah mendengar istilah “tandur”? Kata sederhana ini menjadi awal petualangan tak terlupakan bagi kakak-kakak kelas 1 SD Islam Bintang Juara dalam kegiatan Outing Class ke Desa Wisata Kandri pada hari Selasa, 21 Oktober 2025.

Sejak pagi, wajah antusias tampak di setiap langkah mereka. Seragam olahraga yang biasanya rapi, kali ini siap kotor oleh lumpur dan tawa. Kegiatan ini bukan sekadar jalan-jalan—ini adalah pengalaman belajar langsung dari alam, tentang kerja keras, kehidupan, dan rasa syukur.

Mengenal “Tandur”: Belajar dari Tangan Para Petani

Di Desa Wisata Kandri, anak-anak diajak mengenal proses tandur, yaitu menanam padi di sawah berlumpur.
Awalnya ada yang ragu melangkah, takut kotor atau licin. Tapi begitu kaki mereka menyentuh lumpur dingin, rasa penasaran mengalahkan segalanya.

Dengan bimbingan petani setempat, mereka menancapkan benih padi satu per satu. Dari kegiatan ini, kakak-kakak belajar bahwa nasi yang mereka makan setiap hari lahir dari kerja keras banyak tangan. Prosesnya tidak instan, butuh waktu, kesabaran, dan ketelatenan—nilai yang menjadi bagian penting dari pembelajaran karakter di SD Islam Bintang Juara.

Menangkap Lele: Seru, Kotor, tapi Penuh Makna

Setelah menanam padi, kegiatan berlanjut ke lomba menangkap ikan lele di kubangan lumpur.
Suasana riuh penuh tawa pecah di mana-mana. Ada yang tergelincir, ada yang hampir menyerah, tapi semuanya tertawa bahagia. Dari kegiatan sederhana ini, mereka belajar berani mencoba, pantang menyerah, dan menikmati proses.

Guru-guru mendampingi dengan penuh semangat, membantu anak-anak memahami bahwa belajar tak selalu di dalam kelas. Alam adalah guru yang luar biasa, dan lumpur pun bisa jadi sumber ilmu.

Mengenal Ekosistem dan Lingkungan Buatan

Selain sawah, anak-anak juga diajak berkeliling lingkungan buatan di Desa Wisata Kandri.
Mereka belajar tentang bagaimana manusia menciptakan tempat wisata edukatif yang tetap menjaga keseimbangan alam. Dari sana, anak-anak memahami bahwa setiap ciptaan Allah, baik dari alam maupun hasil karya manusia, punya makna dan manfaat tersendiri.

Nilai Pembelajaran yang Ditanam dari Outing Class

Outing Class kali ini bukan hanya tentang bermain, tetapi juga menanamkan berbagai nilai penting yang menjadi bagian dari dimensi profil lulusan dalam pembelajaran mendalam, antara lain:

1. Kemandirian dan Tanggung Jawab

Anak-anak belajar melakukan aktivitas sendiri, menjaga peralatan, dan berani mengambil keputusan kecil di lapangan.

2. Kolaborasi dan Gotong Royong

Saat menanam dan menangkap lele, mereka saling membantu, tertawa bersama, dan belajar bahwa kerja tim menghasilkan kebahagiaan yang lebih besar.

3. Berpikir Kritis dan Reflektif

Mereka diajak bertanya: “Kenapa padi harus ditanam di lumpur?” atau “Bagaimana lele bisa hidup di air keruh?” — pertanyaan sederhana yang menumbuhkan rasa ingin tahu ilmiah.

4. Rasa Syukur dan Kepedulian

Melalui kegiatan ini, anak-anak memahami betapa besar perjuangan petani, dan belajar bersyukur atas setiap butir nasi yang mereka makan.

Kesimpulan: Belajar Tak Selalu di Dalam Kelas

Kegiatan Outing Class Kelas 1 SD Islam Bintang Juara di Desa Wisata Kandri menjadi pengalaman belajar yang tak hanya meninggalkan kesan, tapi juga makna. Dari sawah yang berlumpur hingga tawa di kolam lele, semuanya mengajarkan bahwa belajar bisa terjadi di mana saja, dan bahwa rasa syukur tumbuh dari pengalaman nyata, bukan hanya dari kata-kata.

Di akhir kegiatan, para guru tersenyum bangga. Hari itu, anak-anak bukan hanya belajar tentang tandur—mereka belajar tentang kehidupan.*** (CM-MRT)

Serunya Outing Class Kelas 3 ke Ecofarm UNNES: Belajar Langsung Pelestarian Makhluk Hidup dari Alam!

Serunya Outing Class Kelas 3 ke Ecofarm UNNES: Belajar Langsung Pelestarian Makhluk Hidup dari Alam!

Belajar tidak selalu harus di ruang kelas. Pada Jumat, 17 Oktober 2025, kakak-kakak kelas 3A dan 3B SD Islam Bintang Juara berkesempatan mengikuti Outing Class Project Based Learning (PjBL) dengan tema Pelestarian Makhluk Hidup Melalui Upaya Budidaya Tanaman dan Hewan di Ecofarm Universitas Negeri Semarang (UNNES).

Udara segar, hamparan hijau, dan suara alam yang menenangkan menyambut kedatangan rombongan pagi itu. Kegiatan dimulai dengan pengenalan singkat tentang Ecofarm, tempat belajar berbasis ekologi yang menjadi laboratorium hidup bagi para pengunjung untuk belajar tentang keberlanjutan dan pelestarian lingkungan.

Berkenalan dengan Ekosistem di Ecofarm

Setelah perkenalan, kakak-kakak diajak berkeliling mengenal ekosistem di Ecofarm. Fasilitator menjelaskan bahwa setiap makhluk hidup—baik tanaman, hewan, maupun mikroorganisme—memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan alam.
Kakak belajar bahwa menjaga lingkungan bukan hanya soal menanam pohon, tetapi juga tentang memahami hubungan antarmakhluk hidup di dalamnya.

Masuk ke Rumah Maggot: Belajar dari Lalat yang Bermanfaat

Bagian paling menarik dimulai saat kakak-kakak masuk ke Rumah Maggot. Di sini, mereka diperkenalkan dengan larva lalat BSF (Black Soldier Fly). Meski terdengar menyeramkan, ternyata maggot justru memiliki banyak manfaat — salah satunya sebagai pengurai alami sampah organik dan sumber pakan ikan.

Kakak melihat langsung proses budidaya maggot, mulai dari telur BSF hingga menjadi pupa. “Wow! Jadi ini asalnya maggot?” tanya salah satu kakak dengan takjub. Fasilitator pun menjelaskan dengan sabar bagaimana maggot membantu menjaga lingkungan dari tumpukan sampah organik.

Belajar Budidaya Ikan dan Sayuran Sekaligus

Petualangan berlanjut ke area kolam ikan. Di sana, kakak-kakak dikenalkan dengan budidaya lele dan ikan nila yang ditumpangkan dengan tanaman kangkung di atasnya. Sistem ini disebut akuaponik, yaitu sistem yang memanfaatkan kotoran ikan sebagai pupuk alami bagi tanaman.

Melihat ikan berenang di bawah sambil kangkung tumbuh segar di atasnya membuat anak-anak memahami bahwa alam punya cara cerdas untuk saling membantu. Semua makhluk hidup saling mendukung agar bisa bertahan — konsep yang sangat relevan dengan tema pelestarian makhluk hidup.

Praktik Hidroponik: Menanam Bayam dan Panen Pokchoy

Selanjutnya, kakak diajak menanam bibit bayam dengan metode hidroponik. Dengan antusias, mereka belajar bagaimana air dan nutrisi menjadi media tumbuh pengganti tanah. Setelah itu, kakak juga memanen pokchoy dari kebun hidroponik, hasil dari perawatan para pengelola Ecofarm.

Salah satu fasilitator menjelaskan, “Kalau tanaman butuh nutrisi, tujuannya agar sehat dan tumbuh maksimal. Di hidroponik, kadar nutrisinya bisa diukur dengan tepat.” Dijelaskan pula bahwa tantangan utama hidroponik adalah menjaga pH air agar stabil — karena saat cuaca panas, pH bisa meningkat dan memengaruhi penyerapan nutrisi.

Menanam Bibit Tomat dan Tanya Jawab Seru

Setelah belajar hidroponik, kakak menanam bibit tomat di polybag menggunakan media tanam campuran tanah dan kompos. Dari penjelasan fasilitator, mereka tahu bahwa tomat bisa dipanen setelah dua bulan!

Kakak shalih-shalihah pun semangat bertanya. Salah satunya, Kak Saka, bertanya, “Kenapa tanaman butuh nutrisi?” Fasilitator menjawab, “Supaya tanaman tumbuh sehat dan kuat, seperti manusia yang butuh makan.

Tak hanya itu, kakak juga belajar bahwa gulma bisa menghambat pertumbuhan tanaman lain karena menyerap nutrisi yang seharusnya dibutuhkan tanaman utama.

Buah Tangan dan Ilmu yang Tak Tergantikan

Sebagai penutup, kakak-kakak membawa pulang bibit tomat dan pokchoy hasil panen sendiri. Kebahagiaan tampak jelas di wajah mereka — bukan hanya karena bisa membawa hasil tangan mereka sendiri, tetapi juga karena mendapatkan pengalaman belajar yang tak terlupakan.

Manfaat Outing Class di Ecofarm untuk Kakak Kelas 3

Kegiatan ini memberikan banyak manfaat yang mendukung penerapan pembelajaran mendalam (Deep Learning) di SD Islam Bintang Juara, antara lain:

1. Belajar dari Pengalaman Nyata

Kakak belajar langsung dari alam, bukan hanya lewat buku. Ini membantu membangun pemahaman konseptual dan pengalaman autentik tentang pelestarian makhluk hidup.

2. Mengembangkan Penalaran Kritis dan Rasa Ingin Tahu

Lewat tanya jawab dengan fasilitator, kakak belajar berpikir kritis dan memahami sebab-akibat dalam proses budidaya tanaman dan hewan.

3. Menumbuhkan Kolaborasi dan Kemandirian

Kegiatan dilakukan secara kelompok, mendorong anak untuk saling membantu, berdiskusi, dan bertanggung jawab atas tugasnya masing-masing.

4. Membangun Fondasi untuk Proyek PjBL

Pengalaman ini menjadi dasar penting untuk melanjutkan proyek pelestarian makhluk hidup di kelas, baik berupa observasi, menanam tanaman, atau membuat laporan hasil pengamatan.

Penutup: Dari Ecofarm, Tumbuh Cinta Alam dan Ilmu

Outing Class ke Ecofarm UNNES bukan sekadar kegiatan rekreasi. Ia menjadi pembelajaran bermakna yang menanamkan nilai berkesadaran, kolaborasi, dan kepedulian terhadap lingkungan.

Dengan bekal pengalaman ini, kakak-kakak kelas 3 siap melanjutkan PjBL mereka dengan semangat baru — menjaga bumi, mulai dari hal-hal kecil yang mereka pahami dan lakukan sendiri.*** (CM-MRT)